SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
MASUKNYA
ISLAM KE INDONESIA
A.
Teori
Masuknya Islam Ke Indonesia
Masuknya
Islam di Indonesia pada abad ke V tidak bisa dilepaskan dari sejarah
perdagangan dan pelayaran antar benua yang berlangsung pada masa itu. Kendati demikian,
para ahli masih bersilang pendapat tentang bagaimana proses masuknya budaya dan
agama Islam tersebut hingga bisa mengalahkan kebudayaan dan agama yang telah
ada sebelumnya, yakni Hindu dan Budha. Berbagai teori pun berkembang dengan
disertai bukti dan fakta pendukung. Pada pembahasan ini akan dijelaskan tentang
teori-teori masuknya Islam Ke Indonesia bacalah dengan baik. Diketahui jika
teori masuknya Islam ke Nusantara jika dilihat dari aspek tempat pembawaannya,
yakni Teori Gujarat (India), Teori Arab (Makkah), Teori Persia, Teori Cina..
Berikut adalah ringkasan dari macam-macam teori tentang kedatangan Islam ke
Nusantara:
1.
Teori
Gujarat (India)
Tokoh
yang mendukung teori ini adalah para ilmuwan Belanda seperti Pijnappel dan
Moqette yang mengatakan bahwa yang membawa agama Islam ke Indonesia ialah orang[1]orang
Arab yang sudah lama tinggal di Gujarat (India). Menurut mereka, Islam masuk ke
Indonesia sejak awal abad ke 13 Masehi bersama dengan hubungan dagang yang
terjalin antara masyarakat Nusantara dengan para pedagang Gujarat yang datang,
dengan jalur Indonesia-Cambay- Timur Tengah- Eropa.
Snouck
Hurgronje yang juga sebagai ilmuwan Belanda berpendapat bahwa hubungan dagang
Indonesia dengan orang-orang Gujarat telah berlangsung lebih awal dibanding
dengan orang-orang Arab. Teori masuknya Islam di Indonesia yang dicetuskan
Hurgronje dan Pijnapel ini didukung oleh beberapa bukti :
a)
Batu nisan Sultan Samudera Pasai Malik
As-Saleh (1297) dan batu nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik memiliki
kesamaan dengan batu nisan yang berada di Cambay.
b)
Hal ini juga bersumber dari keterangan
Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula)
tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk
Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
Selain memiliki bukti, teori ini juga
mempunyai kelemahan. Kelemahan teori Gujarat ditunjukan pada 2 sangkalan.
Pertama, masyarakat Samudra Pasai menganut mazhab Syafii, sementara masyarakat
Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi. Kedua, saat islamisasi Samudra
Pasai, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu.
2.
Teori
Persia
Umar
Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat sebagai pencetus sekaligus pendukung teori
Persia menyatakan bahwa Islam yang masuk di Indonesia pada abad ke 7 Masehi
adalah Islam yang dibawa kaum Syiah, Persia.
Teori
ini didukung adanya beberapa bukti pembenaran di antaranya
a) Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
- Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
- Kesamaan ajaran Sufi
- Penggunaan istilah persia untuk mengeja huruf Arab
- Kesamaan seni kaligrafi pada beberapa batu nisan
- Bukti maraknya aliran Islam Syiah khas Iran pada awal masuknya Islam di Indonesia.
- Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik.
Dengan
banyaknya bukti pendukung yang dimiliki, teori ini sempat diterima sebagai
teori masuknya Islam di Indonesia yang paling benar oleh sebagian ahli sejarah.
Akan tetapi, setelah ditelisik, ternyata teori ini juga memiliki kelemahan.
Bila dikatakan bahwa Islam masuk pada abad ke 7, maka kekuasaan Islam di Timur
Tengah masih dalam genggaman Khalifah Umayyah yang berada di Damaskus, Baghdad,
Mekkah, dan Madinah. Jadi tidak memungkinkan bagi ulama Persia untuk menyokong
penyebaran Islam secara besar-besaran ke Nusantara.
3.
Teori
Makkah
Teori
Arab atau Teori Makkah menyatakan bahwa proses masuknya Islam di Indonesia
berlangsung saat abad ke-7 Masehi. Islam dibawa para musafir Arab(Mesir) yang
memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh belahan dunia. Tokoh yang
mendukung teori ini adalah Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, Buya Hamka,
Naquib al-Attas, Keyzer, M. Yunus Jamil, dan Crawfurd.
Teori
masuknya Islam di Indonesia ini didukung beberapa 3 bukti utama, yaitu:
a)
Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai
barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab), dengan pertimbangan
bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4.
Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b)
Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab
Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir
dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c)
Adanya penggunaan gelar Al Malik pada
raja-raja Samudera Pasai yang hanya lazim ditemui pada budaya Islam di Mesir.
Para
ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan
politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad
ke-7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab
sendiri.
Hingga
kini, teori Arab dianggap sebagai teori yang paling kuat. Kelemahannya hanya
terletak pada kurangnya fakta dan bukti yang menjelaskan peran Bangsa Arab
dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
4. Teori Cina
Teori ini merupakan adopsi
dari ketiga teori di atas, teori ini memiliki pendapat lain mengenai proses
masuknya Islam ke Nusantara. Peranan orang Cina cukup terlihat apabila ditinjau
dari segi kebudayaan. Teori ini juga didasarkan dengan argument yang relatif
sama dengan Teori Persia, yaitu banyaknya unsur kebudayaan Cina dalam unsur
kebudayaan di Indonesia, karena hal tersebut “teori Cina” tidak bisa diabaikan
dalam proses Islamisasi Nusantara.
Menurut H.J. de Graaf
yang telah menyunting beberapa literatur Jawa Klasik (Catatan Tahunan Melayu)
yang memperlihatkan adanya pernanan orang Cina dalam dalam proses pengembangan
Islam di Nusantara. Dalam literatur tersebut terdapat tokoh-tokoh besar seperti
Sunan Ampel (Raden Rahmat/Bbong Swi Hoo), dan Raja Demak (Raden Fatah/Jin Bun)
yang merupakan orang-orang keturunan Cina. Padangan tersebut juga di dukung
oleh sejarahwan bernama Slemat Muljana dalam bukunya, yang berjudul “Runtuhnya
Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara”.
Besarnya pengaruh Cina dalam kehidupan di Indonesia atau persilangan budaya juga terlihat dalam aspek kehidupan seperti
bahasa, seni, makanan, bangunan, dan lain sebagainya.
B.
Cara
penyebaran Islam Di Indonesia
Agama
Islam di Kepulauan Indonesia semakin berkembang, setelah dianut oleh penduduk pesisir Indonesia, agama dan
kebudayaan Islam semakin berkembang ke hampir seluruh wilayah Indonesia.
Perkembangan agama Islam tidak terjadi secara spontan, melainkan melalui suatu
proses secara damai, responsif, dan proaktif. Oleh, karena itu, masyarakat
Indonesia yang belum menganut Islam mudah tertarik dengan agama dan kebudayaan
Islam. Banyak cara yang dilakukan untuk menyebarkan agama dan kebudayaan Islam
antara lain melalui cara:
1. Perdagangan
Saluran
perdagangan merupakan tahap yang paling wala dalam tahap Islamisasi, yang
diperkirakan dimulai pada abad ke-7 M yang melibatkan pedagang-pedagang Arab, Persia,
dan India. Menurut Thome Pires, sekitar Abad ke-7 sampai Abad ke-16 lalu lintas
perdagangan yang melalui Indonesia sangat ramai. Dalam agama Islam siapapun
bisa sebagai penyebar Islam, sehingga hal ini menguntungkan karena mereka
melakukannya sambil berdagang. Pada saluran ini hampur semua kelompok masyarakat
terlibat mulai dari raja, birokrat, bangsawan, masyarakat kaya, sampai menengah
ke bawah. Proses ini dipercepat dengan runtuhnya kerajan-kerajaan Hindhu-Budha.
2. Perkawinan
Tahap
ini merupakan kelanjutan dari tahap perdagangan. Para pedagang yang datang lama-kelamaan
menetap dan terbentuklah perkampungan yang dikenal dengan nama pekojan.Tahap
selanjutnya, para pedagang yang menetap ada yang membentuk keluarga dengan
penduduk setempat dengan cara menikah, misalnya Raden Rahmat (Sunan Ampel)
dengan Nyai Manila. Mengingat pernikahan Islam dengan agama lain tidak sah,
maka penduduk lokal yang akan dinikahi harus memeluk Islam terlebih dahulu. Dan
cara untuk memeluk agama Islam pun tidak terlalu sulit, cukup dengan
mengucapkan kalimat Syahadat. Penyebaran agama Islam dengan saluran ini berjalan
lancar mengingat akan adanya keluarga muslim yang menghasilkan keturunan-keturunan
muslim dan mengundang ketertarikan penduduk lain untuk memeluk agama Islam.
Dalam
beberapa babad diceritakan adanya proses ini, antara lain :
a) Maulana
Ishak menikahi putri Blambangan dan melahirkan Sunan Giri
b) Babad
Cirebon diceritakan perkawinan antara Putri Kawunganten dengan Sunan Gunung
Jati
c) Babad
Tuban menceritakan perkawinan antara Raden Ayu Teja, Putri Adipati Tuban dengan
Syekh Ngabdurahman
3. Pendidikan
Para ulama, kiai, dan guru agama berperan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam. Para tokoh ini menyelenggarakan pendidikan melalui pondok pesantren bagi para santri-santrinya. Dari para santri inilah nantinya Islam akan disosialisasikan di tengah masyarakat. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya dan Pesantren Sunan Giri di Giri. Pada saat itu, terdapat berbagai kyai dan ulama yang dijadikan guru agama atau penasihat agama di kerajaan-kerajaan. Kyai Dukuh adalah guru Maulana Yusuf di Kerajaan Banten. Kyai Ageng Sela adalah guru dari Jaka Tingkir. Syekh Yusuf merupakan penasihat agama Sultan Ageng Tirtayasa di Kerajaan Banten.
4.
Kesenian
Penyebaran
Islam melalui seni budaya dapat dilakukan memalui beberapa cara seperti seni
bangunan, seni pahat atau ukir, tari, musik, dan sastra. Saluran seni yang paling
terkenal adalah pertunjukan wayang dan musik. Dasar Pitutur (Sunan Kalijaga). Sunan
Kalijaga merupakan salah satu wali yang aktif menyebarkan Islam dengan menggunakan
sarana wayang. Cerita wayang diambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana, tetapi
oleh Sunan Kalijaga diseliptakan tokoh-tokoh dari pahlawan Islam. Nama tertentu
disebutnya sebagai simbol Islam. Misalnya, panah kalimasada, sebuah senjata
paling ampuh, dihubungkan dengan kalimat syahadat, pernyataan yang berisi pengakuan
kepada Allah swt, dan Nabi Muhammad Saw. sebagai rukun islam yang pertama.
Sementara
untuk musik banyak dilakukan oleh Sunan Bonang. Karya Sunan Bonang yang paling
populer adalah Tombo Ati, yang hingga hari ini masih dinyanyikan banyak orang.
Contoh lainnya antara lain Gamelan (oleh sunan Drajad) serta Ganding
(lagu-lagu) yang berisi Syair-sayair nasehat dan dasar - dasar Islam. Kesenian
yang telah berkembang sebelumnya tidak musnah, tetapi diperkaya oleh seni Islam
(Akulturasi).
Pesan-pesan
islamisasi juga dilakukan melalui sastra, misalnya kitab primbon pada abad
ke-16 M yang disusun oleh Sunan Bonang. Kitab-kitab tasawuf diterjemahkan ke dalam
bahasa Melayu dan bahasa daerah. Babad dan hikayat juga ditulis dalam bahasa daerah
dengan huruf daerah dan Arab
.Penyebaran
Islam juga tidak dapat di lepaskan dari peranan para Wali. Ada Sembilan wali
yang menyebarkan Islam yang dikenal dengan cara berdakwah, yang di sebut juga Walisongo.
mereka di kenal telah memiliki Ilmu serta penghayatan yang tinggi terhadap Agama
Islam. berikut yang termasuk WaliSongo;
1).
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik berasal dari Persia.
2).
Sunan Ampel atau Raden Rahmat.
3).
Sunan Drajat atau Syarifudin (putra Raden Rahmat)
4).
SunanBonang atau Mahdun Ibrahim (putra Raden Rahmat)
5).
Sunan Giri atau Raden Paku (murid Sunan Ampel).
6).
Sunan Kalijaga atau Joko Said.
7).
Sunan Kudus atau Jafar Sidiq.
8).
Sunan Muri atau Raden Umar Said.
9).
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.
Peranan
para wali dalam penyebaran agama Islam sangat besar. Mereka penyebarkan agama
Islam dengan cara bijaksana dan damai. Dengan cara tersebut, ajaran Islam mudah
diterima oleh masyarakat. Peranan mereka diantaranya menjadi guru agama atau
penasihat raja dan mengembangkan budaya setempat yang disesuaikan dengan unsur
Islam.
5. Politik
Kekuasaan
raja memiliki peranan sangat besar dalam penyebaran Islam di Indonesia. Ketika
seorang raja memeluk Islam, maka secara tidak langsung rakyat akan mengikuti. Dengan
demikian, setelah agama Islam mulai tumbuh di masyarakat, kepentingan politik dilaksanakan
melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama. Contohnya,
Sultan Demak yang mengirimkan pasukannya dibawah Fatahilah untuk menduduki
wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam.
6. Tasawuf
Kata
"tasawuf" sendiri biasanya berasal di kata "sufi" yang
berarti Kain Wol yang terbuat dari bulu Domba. Tasawuf adalah ajaran untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan
langsung secara sadar dengan Allah dan memperoleh ridha-Nya. Saluran tasawuf
berperan dalam membentuk kehidupan sisoal bangsa Indonesia, hal ini dimunkinkan
karena sifat tasawuf yang memberikan kemudahan dalam pengkajian ajarannya
karena disesuaikan dengan alam pikiran masyarakatnya.
Bukti-bukti
mengenai hal ini dapat diketahui dari Sejarah Banten, Babad Tanah Jawi, dan
Hikayat Raja-raja Pasai. . Ajaran Tasawuf ini masuk ke indonesia sekitar Abad
ke-13, tetapi baru berkembang Pesat sekitar Abad ke-17.dan mazhab yang pelinga
berpengaruh adalah Mazhab Syafi’i.Tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia, antara lain
Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf,
Syekh Siti Jenar, dan Sunan Bonang.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, F. dan Ananda, RA.
(2018). Jurnal Studi Keislaman : Kedatangan dan Penyebaran Islam di Asia
Tenggara:Tela’ah Teoritik Tentang Proses Islamisasi Nusantara. Analisis:
Jurnal Studi Keislaman, 18(2), 67-100
Azra, A. dan Burhanudin,
J. (Ed.). 2013. Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 3 : Kedatangan dan
Peradaban Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Hakim, L. 2018. DARI PERSIA HINGGA CINA:
Dikursus tentang Teori Kedatangan Islam di Melayu Nusantara.Khazanah. 1-16.
Poesponegoro, Marwati
Djoened · Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Indonesia Jilid III Zaman
Pertumbuhan & Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia. Balai Pustaka:
Jakarta.
Komentar
Posting Komentar