Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya Topik 2 Koneksi Antar Materi
PENDIDIKAN DAN PANDANGAN SOSIAL
KULTUR
Tujuan
utama pendidikan nasional indonesia sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantoro
yaitu pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk
segala kepentingan hidup manusia baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup
berbudaya. Bila di kaitkan dengan Teori Sosiokultur merupakan sebuah teori yang
menekankan adanya interaksi antar manusia didalam suatu budaya. Dalam hal ini,
interaksi yang dimaksud adalah adanya kesesuaian-kesesuaian yang
berkesinambungan mengenai sebuah peran, aturan, serta nilai budaya. Kesesuaian
ini tidak hanya terbatas pada konteks interaksi saja namun mencakup hal
lainnya, salah satunya adalah konteks pendidikan. Pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan
penguatan nilai-nilai budi luhur sejak dini dengan mengimplementasikan
pendidikan karakter terutama yang berwawasan pada kultursosial yang luhur dan
bermartabat di sekolah.
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KI HADJAR
DEWANTARA DALAM PENDIDIKAN
Bagi Ki Hadjar
Dewantara, pendidikan itu memberikan dorongan terhadap perkembangan siswa
didik, yakni pendidikan mengajarkan untuk mencapai suatu perubahan dan dapat
bermanfaat di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini, siswa didik diharapkan
mampu memberikan manfaat untuk lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal
ataupun untuk masyarakat luas.
Hal yang paling utama
dalam mendidik bagi seorang guru, yakni adanya pemahaman yang sama antara guru
dan pendidik, sehingga mendidik bersifat “humanisasi”, yaitu mendidik merupakan
sebuah proses memanusiakan manusia, dengan adanya sistem pendidikan diharapkan
mampu mengangkat derajat hidup menuju perubahan yang lebih baik. (Sugiarta,
2019) Pendidikan bersifat “humanisasi yang menjadi cita-cita Ki Hajar Dewantara
adalah membentuk anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin. Luhur
akal budinya serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang
berguna bertanggungjawab atas kesejahteraan bangsa, tanah air serta manusia
pada umumnya. Dari adanya konsep tersebut Pendidikan diharuskan berpihak kepada
murid dimana pendidikan diibaratkan suatu proses pendidikan yang meletakkan
unsur kebabasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri. Bertumbuh dan
berkembang menurut kodratnya secara lahiriyah dan batiniyah
Peran guru dalam mendidik dan mengajarkan sendiri menurut pandangan Ki Hadjar Dewantara seorang guru juga diharapkan mampu mengembangkan metode yang sesuai dengan sistem pengajaran dan pendidikan, yaitu metode among, yakni metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pola asih (Saling Mencintai), asah (saling mendidik), dan asuh (Saling membina). Ki Hajar Dewantara juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman. Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam diartikan sebagai lingkungan alam tempat peserta didik berada, baik kultur budaya maupun kondisi alam geografisnya. Kodrat alam berhubungan juga dengan karakter dasar anak. Ada anak yang disiplin, bertanggung jawab, rajin, jujur, malas, pemalu, penakut, pasif dan sebagainya. Maka selayaknya guru harus bisa menjadi model positif, teladan yang baik bagi mereka. Kodrat zaman diartikan perubahan dari waktu ke waktu. Guru membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya, dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang guru harus lebih mengenal teknologi agar menyesuaikan dengan kondisi. proses pembelajaran hendaknya menyesuaikan berbagai diferensiasi yang ada, baik gaya belajar, gaya berpikir, minat, bakat, dan sebagainya. Seyogyanya guru mampu menyesuaikan penggunaan pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran media yang mampu melayani berbagai gaya belajar baik audio, visual, dan kinestetik, serta menyesuaikan dengan kearifan budaya lokal apa yang dibutuhkan masyarakat.
PENGETAHUAN
DAN PENGALAMAN BARU YANG SAYA PEROLEH
Adapun pengetahuan dan
pengalaman baru yang saya peroleh yaitu :
1.
Pertama dapat memandang proses
pendidikan adalah proses menuntun segala kodrat pada anak. Sosok guru dalam hal
ini memilik peran sebagai seorang model sekaligus mentor dari anak/siswa di
dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati
dan olah rasa.
2.
Kedua dalam proses pembelajaran
menekankan kepada bersifat “humanisasi” yaitu mendidik merupakan sebuah proses
memanusiakan manusia dengan cara memerdekakan peserta didik dengan konsep Pendidikan
diharuskan berpihak kepada murid dimana pendidikan diibaratkan suatu proses
pendidikan yang meletakkan unsur kebabasan anak didik untuk mengatur dirinya
sendiri. Bertumbuh dan berkembang menurut kodratnya secara lahiriyah dan
batiniyah peserta didik dapat mengembangkan kemampuan, minat bakat dan
karakteristiknya sehingga pembelajaran lebih kepada berdiferensiasi dengan
merujuk kepada student canter (berpusat pada siswa)
3.
Ketiga menempatkan anak didik sebagai
pusat pendidikan
4.
Keempat seorang guru juga diharapkan
mampu mengembangkan metode yang sesuai dengan sistem pengajaran dan pendidikan,
yaitu metode among, yakni metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan
pola asih (Saling Mencintai), asah (saling mendidik), dan asuh (Saling membina).
KESIMPULAN
1. Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari topik ini?
Sebelum saya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari Pendidikan Profesi Guru ini dahulu saya berfikir bahwa pesert didik merupakan subjek dari pendidikan, objek pertamanya adalah seorang guru. Guru menekankan pembelajaran dengan keinginan dia serta mengikuti apa yang dia rasa bagus dan tidak baik tanpa memandang peserta didik. Lalu sebagian pembelajaran diisi dengan penjelasan guru mengenai materi (Teacher Center). Selanjutnya guru belum memiliki inovasi-inovasi yang cukup untuk merencanakan pembelajaran yang memerdekakan manusia. Guru hanya menekankan kepada pengajar saja yaitu lebih fokus kepada pemberian materi tanpa adanya proses mendidik yaitu transformasi nilai (transformation of value)
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini?
Dengan
adanya pengetahuan dan pengalaman dari pembelajaran Pendidikan Profesi Guru ini
adapun perubahan dari pemikiran dan perilaku yaitu:
1. Sosok
guru seharusnya menjadi fasilitator dan
proses pembelajar dengan menerapkan proses pembelajaran berdiferensiasi.
2. Adanya
pembelajaran menekankan kepada bersifat “humanisasi” yaitu mendidik merupakan
sebuah proses memanusiakan manusia dengan cara memerdekakan peserta didik
dengan konsep Pendidikan diharuskan berpihak kepada murid dimana murid dapat
mengembangkan kemamapuan, karakteristik dan minat bakatnya sehingga menjadikan
pembelajaran yang bermakna bagi mereka.
3. Adanya pendidikan berorientasikan kodrat alam dan kodrat zaman. Dimana Kodrat alam berhubungan juga dengan karakter dasar anak. Ada anak yang disiplin, bertanggung jawab, rajin, jujur, malas, pemalu, penakut, pasif dan sebagainya. Maka selayaknya guru harus bisa menjadi model positif, teladan yang baik bagi mereka. Kodrat zaman diartikan perubahan dari waktu ke waktu. Guru membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya, dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang guru harus lebih mengenal teknologi agar menyesuaikan dengan kondisi
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran KHD?
Adapun
yang segara saya terapkan yaitu :
1. Dapat
menerapkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dimana melaksanakan
pembelajaran berdiferensiasi
2. Dapat
menjadi sosok guru yang memiliki teladan yang baik bagi peserta didik
3. Mengembangan
pembelajaran dengan menyesuikan kodrat zaman yaitu menggunakan berbagai
inovasi-inovasi berupa teknologi pembelajaran di dalam kelas
4. Menjadi
sosok guru bukan hanya sebagai pengajar akan tetapi dapat menjadi seorang
pendidik dan dapat mengayomi peserta didik dengan cara memotivasi peserta didik
untuk terus berkembang
5. Menerapkan
pembelajaran sepanjang hayat, dimana pembelajaran tersebut bukan hanya
digunakan oleh peserta didik saja akan tetapi dapat diaplikasikan kepada
orang-orang sekitar peserta didik maupun masyarakat hingga peserta didik
tersebut dewasa.
6. Menjadi sosok guru juga perlu untuk terus
mengembangkan kompetensinya baik kompetensi sosial, pedagogik, profesional dan
kepribadian.
Referensi:
Haidar
Musyafa. (2015). “Sang Guru”. Novel Ki Hajar Dewantara, Kehidupan, Pemikiran,
Perjuangan Pendirian Taman Siswa, 1889-1959.Yogyakarta: M. Kahfi.
Sugiarta,
I.M.,Mardana.I.B.P, Adiarta, A.,&Artanayasa, I.W. (2019). Filsafat
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia. Vol 2
No 3Tahun 2019 h.124-136.
Nauvaliana
Ashri, Hans Karunia H, Irwansyah Irwansyah (2012). Perspektif Sosiokultural
dalam Dunia Pendidikan: Studi Kasus pada Proses Pembelajaran “Second Language”
dan Pembentukan Motivasi Diri.
Soerjomiharjo,
Abdurrahman, 1986, Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa dalam Sejarah Indonesia Modern,
Jakarta: Sinar Harapan. Jurnal Syntax Literate. Vol 6 No 2 tahun
2021.
(https://www.gurusiana.id/read/arifkhamdi041201/article/mengenal-kodrat-alam-dan-kodrat-zaman-bagi-guru-12303#:~:text=Ki%20Hajar%20Dewantara%20menjelaskan%20bahwa,juga%20dengan%20karakter%20dasar%20anak.
diakses pada tanggal 24 Desember 2022)
Komentar
Posting Komentar